NAGASASRA, adalah salah satu varian dhapur ‘keluarga’ Naga yang paling banyak diminati dan dicari oleh para kolektor hingga pejabat di negeri ini. Keris Nagasasra biasanya berluk tigabelas , walau tidak menutup kemungkinan ada yang berluk 11 sering dikalangan pecinta Tosan Aji disebut Nagasasra Sabuk Inten, walaupun sebenarnya Sabuk Inten merupakan Dapur keris tersendiri Luk 11 yang juga dapur yang terkenal. Ciri utamanya yang membedakan Nagasasra dengan Naga Raja adalah di bagian gandik yang diukir ornamen bentuk kepala naga bermahkota, dengan badan serta ekor yang bersisik seolah menggeliat ke arah pucuk bilah mengikuti kelokan (luk) bilahnya. Ricikan lain yang terdapat pada keris dapur Nagasasra biasanya adalah Greneng Sungsun, dan ukiran Kidang Kencono di bagian sorsoran, kidang kencono atau kidang mas melambangkan kemakmuran ketika semua elemen masyarakat mampu bersatu padu menyatukan tekad membentuk kerajaan yang besar. Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kertaraharja. Kata Sasra berasal dari kata Sahasra yang dalam bahasa Sansekerta berarti seribu. Babad Tanah Jawi dan Babad Demak menceritakan bahwa keris Nagasasra yang bernama Kiai Segara Wedang merupakan perpaduan dari seribu keris – pusaka Majapahit yang sengaja dibuat untuk menggantikan Kiai Condong Campur dan diharapkan bisa meredam 1.000 macam bencana dan pemberontakan di Majapahit kala itu. Kata sewu atau ewu dalam jarwo dosok sering dikaitkan dengan istilah awu atau dalam bahasa Indonesia abu yang memiliki pengertian kembali ke asal (sangkan paraning dumadi). Jika ditinjau dari segi bahasa, sangkan berarti asal, paran berarti tujuan, dan dumadi berarti segala hal yang dijadikan/diciptakan. Sehingga secara harfiah, ingat akan sangkan paraning dumadi, berarti juga ingat akan sesuatu yang menyebabkan semua ini terjadi.
Grosir Tasbih Impor Mesir Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020 elsubha.com