KERIS PUSAKA BERTUAH CENGKRONG PAMOR NGULIT SEMONGKO MATARAM AMANGKURAT ELSUBHA

(0 Ulasan)
Tersedia
Rp7,000,000 /pcs

Dijual oleh:
Elsubha

Kuantitas:
(1 tersedia )

Berat:
1000gr

Harga:
Bagikan:
Dijual oleh
Elsubha
Kabupaten Bantul
(0 Ulasan Pelanggan)
CENGKRONG, bentuknya sangat unik, mudah dibedakan dengan dhapur keris lainnya. Dimana bagian gonjonya terbalik (buntut cecak di depan) sehingga bagian gandik terletak di belakang. Selain itu perawakannya seperti medang suduk (seperti pedang yang agak membengkok). Menurut mitos atau dongeng dhapur Cengkrong pertama kali dibabar oleh Mpu Sarpadewa atas pemrakarsa Prabu Sri Mahapunggung pada tahun Jawa 1062.
Salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Cengkrong adalah Kanjeng Kyai Harjamulya; warangkanya terbuat dari kayu trembalo gandar iras, pendok blewahan terbuat dari emas, dengan ukiran terbuat dari gading gajah. Keris ini didapat Sri Sultan Hamengku Buwono II dari “Kangjeng Gubermen” sewaktu Sultan ditawan di Penang. Dan sejak itu pula menjadi milik Keraton Yogyakarta.
Mengapa keris Cengkrong yang bentuknya seperti perpaduan antara pedang dan keris ini dulunya banyak dipakai para Ulama dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara? Ada sebuah dongeng yang bisa dijadikan rujukan tambahan mengenai penciptaan dhapur sengkelat di zaman Majapahit-Demak. Dalam riwayatnya, ada 2 (dua) versi menceritakan; versi pertama bahwa keris dhapur Sengkelat dipesan kepada Mpu Supo oleh Sunan Ampel dan versi kedua dipesan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.
Konon bahan untuk membuat Kyai Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta milik Nabi. Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang (versi kedua = pangot sejenis pisau), maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi itu dijadikan pedang yang lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh Sang Sunan disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V. Apakah dongeng tersebut secara tidak langsung turut menginspirasi para Ulama untuk memilih keris agemannya dengan bentuk yang samar (tidak terlalu tampak seperti keris), justru malah seperti pedang yang nafasnya lebih islami?
GONJO KUWALIK, Melihat Dengan Terbalik. Secara harfiah dalam bahasa Jawa Cengkrong berarti ‘bentuk tangan atau kaki yang bengkok’. Sangat mungkin pula penamaan dhapur cengkrong juga merujuk pada bentuk keris ini yang memang anti mainstream- gonjo terbalik sehingga gandik berada di belakang dan bentuk bilahnya yang membengkok seperti pedang suduk.
Dalam keunikan bentuk dhapur Cengkrong yang gandiknya terbalik, ternyata menyimpan filosofi mendalam. Untuk mendapatkan sudut pandang baru yang lebih utuh (baca: bijak), maka sesekali pandanglah realitas kehidupan dunia ini dengan “cara terbalik”, agar kita sebagai manusia mengerti tentang keseimbangan hidup dan tidak berhenti dalam sebuah pemahaman yang bengkok.
‘Thinking outside the box’, Jika selama ini kita cenderung melihat dunia hanya dari kacamata kita, sekarang saatnya kita meminjam kacamata orang lain untuk membantu melihat dengan benar. Melihat segala sesuatu dari sudut yang berbeda. Menajamkan apa yang selama ini masih samar. Atau mengaburkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu mendapat fokus berlebih.
Dimulai dari hal paling sederhana; Jika selama ini kita mudah men-cap orang lain ‘salah’, berpikirlah bahwa orang lain juga ada sisi benarnya. Jika selama ini lebih banyak berbicara, maka mulailah untuk belajar mendengar. Jika selama ini selalu ingin cepat-cepat mendapatkan hak, maka mulailah bersabar dengan menjalankan kewajiban. Dan saat melihat kehidupan kita tampaknya buruk, maka mari segera kita mencari sisi sebaliknya, yaitu sisi positif untuk dapat mengucap syukur.
Terkadang apa yang kita lihat-pun, belum tentu mencerminkan realitas yang sesungguhnya. Mungkin pula sebuah rumah/bangunan yang terlihat megah, belum tentu memiliki pondasi yang kuat. Bahkan mahakarya yang diagung-agungkan sekalipun, belum tentu menyimpan kisah menyenangkan didalamnya. Karena itu, mempercayai, mengagumi, dan mencintai itu jangan sampai berlebihan. Kecuali kecintaan pada Tuhan, karena Dia adalah pencipta kehidupan di dunia ini.
Grosir Tasbih Impor Mesir
Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020
elsubha.com
Ngentak, RT. 004, Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771
Sigit Waskito Aji
+6281312340489
https://youtube.com/shorts/vDe_Q6x4z4c?si=lz9iO9sU8jZGw7Li
Belum ada review untuk produk ini.
Hobikoe
Make Your history with your hobby



Info Kontak

  • Alamat: Jl. Prof. DR. Soepomo SH No.1114A, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164
  • Telepon: 081227511111
  • Email: cs@hobikoe.com