TILAM UPIH SODO SAKLER TUNGGUL WULUNG PURNOMO SIDI,
Tilam Upih merupakan dhapur yang paling populer di seluruh wilayah Nusantara dan relatif bisa dijumpai pada setiap
tangguh, mulai dari tangguh sepuh sanget hingga tangguh kamardikan. Dhapur Tilam Upih bentuknya hampir sama dengan dhapur Brojol, perbedaanya dhapur Brojol tidak dilengkapi dengan ricikan: tikel alis. Menurut kitab sejarah Narendra Ing Tanah Jawi (1928) dhapur Tilam Upih (diberi nama Jaka Piturun) dibuat bebarengan dengan dhapur Balebang (diberi nama Pamunah) pada tahun 261 Saka pada era pemerintahan Nata Prabu Dewa Budhawaka.
Tilam Upih dalam terminologi Jawa juga berarti tikar yang terbuat dari anyaman upih (pelepah daun pinang) sebagai alas tidur. Yang secara tidak langsung tersirat pasemon, yang diistilahkan sebagai kondisi sedang tirakat/prihatin (masih tidur dengan alas apa adanya, belum dengan alas yang empuk). Para orang tua zaman dahulu biasanya secara turun temurun memberikan anaknya yang menikah salah satunya dengan keris dhapur Tilam Upih, artinya didoakan agar nantinya hidup rumah tangganya baik, mulya, berkecukupan atau sebuah bentuk simbolisasi harapan tentang hidup nyaman berkecukupan, meski saat ini semuanya harus dimulai dari bawah.
PAMOR SODO SA’LER, adapula yang menyebutnya dengan “sodo lanang”. Sodo adalah lidi, Sa’ler adalah satu batang, arti harfiahnya adalah Lidi Sebatang. Sesuai dengan namanya gambaran motif pamornya berupa garis lurus membujur sepanjang tengah bilah. Menurut Serat kuno berjudul Pakem Pusaka (Duwung, Sabet, Tombak) yang ditulis oleh oleh
R.Ng Hartokretarto (1964) berdasarkan babon asli peninggalan R, Ng Ronggowarsito dituliskan ternyata pamor sodo sa’ler merupakan ageman priyayi bukan untuk orang sembarangan agar supaya selalu beruntung dan lebih baik. Bahkan jika ditorehkan di pedang yang memakainya sepatutnya seorang Senapati.
Oleh masyarakat perkerisan tuah pamor sodo sa’ler juga dipercaya untuk menambah kewibawaan, menaikkan tingkat kepercayan diri, untuk ketenaran (popularitas), menambah keteguhan hati, dan kuat iman, serta sebagai pagar pertahanan diri dan untuk mengusir kekuatan jahat.
TUNGGUL WULUNG, ini merupakan pamor tiban. Bentuknya mirip gambar bulatan yang memiliki 2 kaki, mirip lam alif terbalik biasanya menempati daerah blumbangan. Tuahnya menolak berbagai macam penyakit dan tidak memilih tetapi pemiliknya harus berperi-laku baik, tak boleh menyeleweng. Tergolong pamor langka.
PURNOMO SIDI, makna dari nama "Purnomo Sidi," yang berarti "bulan purnama penuh" dalam bahasa Jawa, melambangkan kebahagiaan dan kelimpahan. Bulan purnama melambangkan siklus kehidupan yang terus berputar, dari awal hingga akhir. Ini mengingatkan bahwa segala sesuatu memiliki ritme, dan kesempurnaan lahir dari proses yang panjang. Filosofi ini mengajarkan bahwa cahaya yang paling indah datang setelah melalui fase gelap dan separuh. Ini mirip dengan perjalanan hidup yang penuh tantangan sebelum mencapai titik puncak. Bulan purnama bisa menjadi metafora untuk mencapai titik puncak, kesuksesan, atau selesainya suatu fase. Cahaya bulan purnama sering dikaitkan dengan ketenangan dan kedamaian, menjadi tempat untuk merenung dan melepaskan beban.
Grosir Tasbih Impor Mesir
Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020
elsubha.comNgentak, RT. 004, Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771
Sigit Waskito Aji
+6281312340489