KERIS PANDAWA ULAP PUDHAK SATEGAL PAMOR UDAN MAS, Keris Luk 5 dengan Ricikan yang mirip dengan Pandawa Cinarita tetapi hanya memiliki sogokan depan, dengan tambahan
Pudhak Sategal, merupakan salah satu dapur langka yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari dan setelahnya, karena pernah ada temuan artefak dengan dapur yang sama. Ulap, atau dalam bahasa Bali yang berarti Ulap-Ulap merupakan sarana upacara dalam tradisi Hindu Bali yang bersifat sakral. Penggunaan media ini erat kaitannya dengan upacara "Bhuta Yadnya" atau jenis upacara dalam Panca Yadnya yang berfungsi untuk menetralisir segala energi negatif di alam semesta. Sedangkan Pandawa Luk 5 sendiri merupakan filosofi Sifat Kesatria dari 5 tokoh Pandawa Lima. Pandawa Lima adalah penggambaran manusia. Penggambaran bagaimana kematangan seseorang dalam bersikap. Namun sebenarnya manusia, melewati fase lima tingkat ini, dimulai dari yang terkecil.
Sadewa. Orang yang berada di fase ini, adalah mereka-mereka yang merasa bak dewa. Hebat atau merasa ‘paling’. Tak ada yang salah dengan orang yang merasa hebat. Hanya saja, biasanya orang yang sungguh-sungguh hebat, tidaklah merasa. Seperti paweling Jawa : “ojo rumongso biso, nanging biso‘o rumongso” artinya “jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa” (tahu diri).
Nakula. Ini adalah tahapan saat seseorang mulai banyak berpikir (kritis). Banyak mempertanyakan tentang peristiwa dan apapun. Isi kepalanya selalu penuh tanda tanya. Bukan karena ia tidak mengerti akan banyak hal, namun karena ada kegelisahan dalam hati, menuntut jawaban atas setiap remah cerita penuh misteri yang ditawarkan semesta. Selalu mengedepankan rasio.
Arjuna. Kaum hawa tentu fasih mengenal nama ini. Arjuna digambarkan sebagai orang yang ala kadarnya. Hanya memakai jubah, tak memakai perhiasan untuk menarik perhatian. Sosoknya menarik, bukan karena ketampanan lahiriah. Fase ini menggambarkan manusia seperti cawan yang kosong dan siap menampung ilmu kehidupan. Ia akan membiarkan diri kosong agar bisa menerima banyak hal. Ia akan menarik dengan sifatnya yang rendah hati. Seperti padi, berisi namun tetap akan selalu menunduk. Mungkin ini kalimat yang tepat untuk menggambarkannya.
Bima. Dalam kisah pewayangan, fase ini memiliki cerita paling panjang. Fase ini adalah masa mencari jati diri secara mendalam. Manusia menerjemahkan visi dan berusaha mencapainya. Bisa lari ke puncak tertinggi, atau menyelam ke dasar laut terdalam. Ini adalah masa mencari tujuan hidup dan meresapi saripati hidup. Bima digambarkan memakai kalung ular, menggambarkan seorang yang bijak sekalipun mungkin pernah menjadi jahat. Masa lalu yang buruk tidak untuk dihilangkan dan dilupakan, di kubur di tempat terdalam. Masa lalu yang buruk, sebaiknya menjadi pengingat, seseorang pernah melakukan kesalahan, cukup diingat tidak untuk diulang. Berdamailah dengan masa lalu, tak perlu menutupinya.
Yudhistira. Ini adalah fase kematangan kepribadian. Tahap ini adalah masa dimana seseorang benar-benar telah mampu menyerap ilmu kehidupan. Konon Yudhistira juga seorang yang tak pernah berbohong. Kesombongan bisa jadi sudah tak ada dalam dirinya. Ia belajar memahami tidak lagi menghakimi.
PUDHAK SATEGAL, pada zaman dulu lebih lazim disebut pêkakan, merupakan sraweyan yang dibentuk menyerupai daun pudhak, letaknya di sor-soran. Bentuknya menyerupai pudhak (kelopak bunga pandan), dengan ujung-ujungnya yang runcing. Untuk keris tidak ada pakem khusus mengenai ragam posisi kedudukan pudhak sategal antara sisi depan dan belakang, sangat bergantung kreatifitas dari sang Empu. Ada yang sisi depan dan belakang rata sejajar, ada yang sisi depannya lebih tinggi, atau sebaliknya. Hanya pada dhapur tombak posisi pudhak sategal selalu dalam letak yang sejajar di kedua sisi.
Ada catatan menarik mengenai ricikan pudhak sategal yang ditulis dalam buku Ensiklopedi Keris oleh alm. Bambang Harsrinuksmo (2004). Menurutnya ricikan pudhak sategal baru ada pada zaman Mataram Akhir, dan baru populer pada zaman Surakarta. Masih menurut buku yang sama, keris-keris tangguh tua, seperti tangguh Majapahit, Blambangan, Tuban dan Madura Sepuh tidak ada yang menggunakan ricikan pudhak sategal.
Pudhak dalam bahasa Jawa merupakan sebutan untuk bunga pandan, dan Sategal adalah satu tegal. Dalam bahasa Jawa kata siji akan berubah menjadi sa-, yang sering diucapkan sebagai sak-, se-, ataupun sa-. Suatu daerah lahan kering dengan landskap permukaan yang tidak rata, yang pengairannya sangat bergantung oleh air hujan (karena pada saat musim kemarau akan kering dan sulit untuk ditanami), biasanya lahan tersebut ditanami tanaman musiman atau tahunan, dan terpisah dari lingkungan sekitar rumah oleh orang jawa disebut sebagai “tegal” (berbeda lagi istilahnya dengan kebun, ladang, maupun sawah). Maka “Pudhak Sategal” secara harfiah dapat berati bunga pandhan yang terhampar penuh sejauh mata memandang dalam suatu lahan tegalan.
Jika baik daun pandan muda maupun tua mempunyai sifat yang membawa aroma sedap dimana pun mereka berada, lalu bagaimana caranya agar kita bisa menjalani hidup yang menyebarkan keharuman bagi sesama?
PAMOR UDAN MAS, adalah salah satu motif pamor yang amat terkenal dalam dunia perkerisan. Pamor ini oleh sebagian pecinta keris dianggap sebagai pamor yang tuahnya dapat membuat pemiliknya terus diguyur berkah/rezeki yang deras. Sebagian lagi beranggapan bahwa tuah pamor ini dapat membuat pemiliknya jadi “bakat kaya”. Orang jawa menyebutnya kuwat kebandan. Anggapan seperti ini tidak hanya ada di Jawa, tetapi juga di daerah-daerah lain, termasuk Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Hujan turun membasahi sawah di balik emas padu, padi melambai melalai terkulai …. Naik suara seruling serunai, sejuk didengar mendamaikan kalbu."
Pamor udan mas tergolong pamor mlumah, dimana pamor yang lapisan-lapisan saton-nya mendatar atau sejajar dengan permukaan bilah dan pamor rekan atau direncanakan oleh sang Empu. Serta tergolong pamor yang tidak pemilih. Artinya, siapa saja dapat memilikinya, tanpa khawatir cocok atau tidak. Bentuk pamor udan mas berupa bulatan-bulatan kecil yang tersebar di permukaan bilah keris atau tombak. Bulatan-bulatan ini terdiri dari lingkaran bersusun. Paling tidak, satu bulatan terdiri atas 3 puseran, lebih banyak puseran semakin menunjukkan garap dan biasanya dengan pola formasi beraturan 212.
Grosir Tasbih Impor Mesir
Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020
elsubha.comNgentak, RT. 004, Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771
Sigit Waskito Aji
+6281312340489