KERIS DAMAR MURUP, sering pula disebut Urubing Dilah, sebenarnya adalah nama salah satu dhapur keris lurus yang tergolong langka (namun ada yang menggolongkan sebagai
keris luk satu). Keris ini mudah dikenali terutama dengan adanya sebuah luk yang bentuknya sangat khas diujungnya yang menyerupai nyala api. Menurut mitos/dongeng bersama dengan dhapur Carita dan Cengkrong dhapur Dhamar Murup (ditulis Urubing Damar) pertama kali dibabar oleh Empu Sarpadewa atas pemrakarsa Sri Bupati Mahapunggung dari kerajaan Purwacarita pada tahun Jawa 1062.
“Mari Menyala Untuk Semesta"
“Damar atau dilah” pada prinsipnya adalah sama yakni sejenis lampu penerangan (bukan listrik) yang terdiri dari sumbu yang pada bagian pangkalnya terendam oleh bahan bakar padat yang mudah terbakar. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya salah satunya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat). Sedangkan “Murup” berarti menyala. Sebuah lampu damar yang menyala pada zaman dahulu mempunyai fungsi yang kurang lebih sama dengan berbagai alat penerangan di zaman kita sekarang ini, yakni memampukan kita untuk melihat dan bekerja dalam kegelapan, membuat kita bisa melihat dengan lebih jelas, serta menjaga kita agar tidak tersandung dan jatuh.
Melalui dhapur Damar Murup, hari ini, rasanya sangat cocok kita kembali membaca, merenungi dan meresapi wejangan Dasa Pitutur Kanjeng Sunan Kalijaga, atau yang dikenal sebagai sepuluh filosofi kehidupan agar manusia Jawa bisa selamat dunia dan akhirat. Dan wejangan pertama itu adalah : “Urip iku Urup“. Secara terminologi urip iku urup berarti “Hidup Itu Menyala”. Urip iku urup memiliki makna bahwa hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain. Dan begitu pula sebaliknya, apabila kita hadir namun tak memberi manfaat, maka seperti cahaya yang padam sesungguhnya kita sudah “mati”.
Makna filosofi ini sungguh luar biasa, bahwa kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa atau semua hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, saling menolong dan saling membantu sesama tanpa ada rasa pamrih. Semua agama banyak mengupas hal ini bahwasannya manusia sebagai makhluk sosial harus saling interaksi dan menolong kepada sesama, bahwa kita hidup di dunia ini hanyalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal di kehidupan berikutnya. Manfaat yang kita berikan ibarat api yang menyala, api bukan berarti bara yang membakar dan melahap apa saja, tetapi api memiliki makna sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke jalan yang benar. Oleh karena itu hidup kita harus punya nilai manfaat yang selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara kita dapat berjalan ke arah kebenaran.
Tidak heran jikalau filosofi yang terdengar begitu klasik ini mudah diucapkan namun sulit untuk dapat kita laksanakan mengingat selimut duniawi amat kuat dan kental membungkus kita. Maka pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar kita sudah menjadi nyala dan membawa terang itu sendiri bagi sekitar?
"Bagi pemiliknya, dhapur Damar Murup dapat pula diartikan sebagai nyala sebuah cahaya sebagai penerang jalan menuju satu titik arah yang dicita-citakan."
Grosir Tasbih Impor Mesir
Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020
elsubha.comNgentak, RT. 004, Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771
Sigit Waskito Aji
+6281312340489