KERIS PUSAKA BERTUAH JALAK NGORE HAMENGKUBUWONO 5 ELSUBHA

(0 Ulasan)
Tersedia
Rp9,000,000 /pcs

Dijual oleh:
Elsubha

Kuantitas:
(1 tersedia )

Berat:
1000gr

Harga:
Bagikan:
Dijual oleh
Elsubha
Kabupaten Bantul
(0 Ulasan Pelanggan)
KERIS JALAK NGORE ERA HAMENGKUBUWONO V, adalah salah satu bentuk dhapur keris lurus. Panjang bilah keris ini berukuran sedang, ada-adanya terlihat jelas dan tepat sampai ke ujung bilah. Selain itu keris ini memakai gandik polos, pejetan, tikel alis, sraweyan dan greneng. Menurut mitos/dongeng keris Jalak Ngore pertama kali dibabar oleh Empu Anjani pada masa pemerintahan Prabu Pamekas dari Pajajaran pada tahun Jawa 1248.
Jalak-ngore ginupita | maknanipun ura nora sawiji | murat pikir kang lumaku | mungguh ta rahsanira | manungsèku pan nora kêna kalimput | sanalika bawarahsa | pupuntoning barang pikir || (Serat Centhini)
Bentuk Jalak Ngore artinya terurai, tidak menyatu. Artinya pikiran yang bekerja. Maknanya adalah, manusia itu tidak boleh menutup diri, harus senantiasa bermusyawarah, mempertimbangkan akal pikiran.
Jalak Ngore atau jalak yang sedang mengurai (menggelar) bulu-bulunya. Mempunyai makna aktif bergerak melepaskan dari kesulitan atau mengurai keruwetan dari setiap permasalahan secara teliti dan bertahap. Untuk mencapai cita cita dan tujuan, diperlukan kesungguhan, ketekunan, kewaspadaan dan kesabaran. Tidak ada orang sejahtera/kaya mendadak, semua harus dirintas dari bawah. Alon alon waton kelakon, Gliyak gliyuk waton tumindak, yang berarti : meskipun pelan-pelan tapi mendapatkan hasil, tertatih-tatih tapi tetap dilakukan.
KERIS YOGYAKARTA, Masyarakat perkerisan sependapat, tangguh HB (Hobo) memang muncul bersamaan dengan lahirnya dinasti Hamengkubuwanan pada tahun 1755 setelah perjanjian Giyanti. Dalam perjanjian itu (Palihan Nagari), Mataram dibagi menjadi dua kerajaan kecil. Yogyakarta menggunakan gelar Kasultanan, sedangkan Surakarta tetap memilih Kasunanan. Dari sinilah kebudayaan kedua negeri ini mulai berbeda, termasuk soal bentuk keris. Disebutkan pula dalam beberapa pustaka, dinasti Pakubuwanan (PB) melakukan pencarian gagrak (gaya) kebudayaan baru atau membuat coraknya sendiri, sedangkan dinasti Hamengkubuwanan bertekad mewarisi dan meneruskan gagrak kebudayaan/tradisi lama (Mataram-nya Panembahan Senopati).
Dari sinilah perbedaan kedua kerajaan sekandung yang memiliki pertalian darah itu menjadi semakin nyata. Termasuk pada pusaka-pusakanya. Hampir sebagian besar pusaka keraton Yogyakarta berbentuk sederhana, namun tak kehilangan unsur kewibawaan. Menurut para pemerhati keris, keris-keris Yogya memang dibabar tidak untuk pamer atau unjuk kemegahan. Kesederhanaan itu tidak hanya terlihat pada bilah dan pamornya, tetapi rata hampir keseluruhan hingga perabot yang disandangnya. Konsepnya adalah “ngayang batin”, menikmati keindahan yang maknawi, keselaran antara ragawi dan bungkus filosofis, maka kesederhanaan menjadi keindahan yang tak terukur.
Secara perlahan, tapi pasti gagrak Yogyakarta juga memiliki bentuk yang khas. Meskipun juga tak bisa disimpulkan secara gebyah uyah (merata sama), bersifat evolutif karena pada masing-masing pemerintahan Sultan Yogya I-IX itu mengeluarkan ciri-ciri tersendiri. Keris Yasan (dibuat atas perintah atau prakarsa) HB I misalnya, memiliki bentuk yang sangat mirip dengan tangguh Mataram, hanya ukurannya sedikit lebih besar karena masih membawa karakter Kartasura.
Kemudian pada zaman HB II, sama sekali tak sempat memperkerjakan empu-empu keris. Hal ini disebabkan selama HB II memerintah terjadi pergerakan politik kolonial (Belanda sempat tergusur Inggris) hingga menyebabkan HB II sempat naik turun tahta hingga tiga kali dan mengalami masa pembuangan.
Pada masa HB III yang memerintah dalam dua periode: 1810-1811 dan 1812-1814 juga tidak sempat yasan keris. Hal ini disebabkan selain usia pemerintahannya yang relatif pendek, juga dominannya tekanan politik dari pihak Belanda ke Keraton. Demiliterisasi keraton sedang gencar-gencarnya dijalankan oleh Belanda.
Kemudian HB IV yang juga memerintah dalam masa yang pendek. HB IV naik tahta pada usia 9 tahun di tahun 1814 dan dibunuh oleh antek Belanda pada tahun 1823. Karena itu saat ini, agak jarang bisa menemukan keris tangguh Hobo kaping pat. Namun tak kecil kemungkinan ada beberapa bilah yang lahir pada masa itu.
Kekosongan tahta kemudian diisi oleh putra mahkota yang masih berusia tiga tahun, Raden Mas Menol. Karena masih balita, HB V memerintah dengan didampingi oleh dewan perwalian, yang salah satu anggotanya adalah Pangeran Diponegoro. Pemerintahan HB V sempat terpotong 3 tahun karena diselingi pemerintahan kembali kakek buyutnya, HB II, yang didudukkan ke tahta kembali oleh Belanda pada tahun 1826 untuk meredam pemberontakan Pangeran Diponegoro. Baru setelah HB II wafat pada tahun 1828, HB V memerintah kembali – masih didampingi perwalian. Karena pemerintahannya cukup lama (1828-1855) maka sejak era HB V inilah keris tangguh Hobo mulai nampak jelas kekhasannya, bentuknya sudah mulai menipis, dan menyerupai tangguh Majapahit, namun sedikit lebih tebal. Jejeneng yang terkenal pada waktu itu adalah Raden Tumenggung Riyokusumo. Pembuatan keris pada waktu itu dilakukan di bangsal Sri Manganti. Oleh karena itu keris maupun tombak yang dihasilkan disebut keris Sri Manganti atau Riyokusuman.
Pada masa HB VI, bentuk kerisnya tak banyak berbeda, dan terus berkembang hingga masa puncak keemasan keris yogya terjadi pada masa HB VII (1877-1921). Pada zaman itu suasana politik dan keamanan relatif tenang dan tertib. Cirinya besar, lebih tebal lagi dan berhiaskan sedikit emas. Pada masa itu boleh dikatakan cukup revolusioner dengan munculnya pamor bonang Rinenteng, Udan Mas dan sebagainya dengan cak-cak an pamor ngawat (seperti pamor yang ditata), dan garis-garis pamornya besar momyor (semeblak).
Dan pada masa HB VIII, keris-kerisnya sedikit lebih kecil lagi, bilahnya agak tebal tapi pendek (ngadal meteng), serta kebanyakan pamor ngulit semangka. Sedangkan pada zaman HB IX, khasnya adalah karya Empu Djeno, model Mataram Ngentho-entho.
Grosir Tasbih Impor Mesir
Menjual Tasbih Impor dan Perhiasan Impor Mesir , Maroko, Sudan, Iran, Yaman, Bergaransi keaslian , Berdiri sejak 2020
elsubha.com
Ngentak, RT. 004, Seloharjo, Kec. Pundong, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771
Sigit Waskito Aji
+6281312340489
https://youtube.com/shorts/tinjIqKP9z8?si=O4o_LDy0y4T4GVmo
Belum ada review untuk produk ini.
Hobikoe
Make Your history with your hobby



Info Kontak

  • Alamat: Jl. Prof. DR. Soepomo SH No.1114A, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164
  • Telepon: 081227511111
  • Email: cs@hobikoe.com