KOEMPOEL SOEYATNO (1912-1987)
Konon pelukis Koempoel Soeyatno menggunakan cat yang dia “bikin” sendiri dengan membeli bubuk cat di kawasan dekat Kembang Jepun Surabaya. Maka “ditemukanlah” biru, magenta, kuning, putih, dan warna lain yang berbeda sebagaimana cat minyak yang dibikin produsen main stream. Dan inilah salah satu faktor sulitnya karya Kumpul dipalsu.
Koempoel Soejatno lahir di Desa Paron, Ngawi, Jawa Timur, 1912. Meski masuk dalam kategori sebagai pelukis naturalis yang mengikuti gaya Mooi Indie seperti kebanyakan para pelukis lainnya di era Hindia Belanda, karya Koempoel menyiratkan impresionisme dan karenanya bisa diistilahkan sebagai karya naturalisme yang impresionistik
Sebagai pelukis naturalis yang impresionisme, karya seni Koempoel Soejatno terinsipirasi dari Gerard Pieter Adolfs yang mengajarinya tekhnik representasi realis dan merupakan kunci suksesnya di kemudian hari. Sejak itu Kumpul mulai melukis tentang Surabaya.
Di kota Malang, Kumpul bertemu dengan seorang pelukis realis berkebangsaan Belanda Willem van der Does. Does melihat talenta Koempoel dan dari sejak itulah Ia mengajarinya melukis selama tujuh tahun. Pada 1935 di kota Malang itu pula, Kumpul mengadakan pameran tunggalnya untuk yang pertama kalinya di Jalan Talun.
Surabaya dan Malang adalah dua kota dimana Koempoel pernah menetap, dan di dua kota itu pula menjadi ekspresi dari objek karya lukisannya yang menampilkan panorama alam dan kehidupan hiruk pikuk sudut-sudut kota, pasar, kampung arab, pecinan dan dermaga tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan dan bongkar muat barang.
Antara 1950-1970-an Koempoel tetap produktif melukis. Koempoel wafat pada 18 Agustus 1987 di rumahnya di kawasan Kaliputih, Batu, Jawa Timur.